KUPU KUPU MELAYANG

Kupu-Kupu Melayang Langit sore berwarna jingga saat Anggia duduk di balkon apartemennya, memandangi hiruk-pikuk kota yang perlahan mereda. Di tangannya, segelas wine merah berputar perlahan, sementara angin lembut mengelus kulitnya. Ia baru saja pulang dari pertemuan bisnis yang melelahkan, tapi pikirannya masih tertahan pada sesuatu yang lebih menggoda atau lebih tepatnya, seseorang. Nathan. Pria itu seperti kupu-kupu yang melayang di sekitarnya—indah, memikat, tapi sulit ditangkap. Mereka pertama kali bertemu di sebuah galeri seni dua bulan lalu. Mata Nathan yang tajam, senyum misteriusnya, dan cara bicaranya yang tenang tapi berbahaya membuat Anggia merasa tertarik. Ada sesuatu tentang pria itu yang membuatnya ingin lebih dekat, lebih jauh, lebih dalam. Suara ketukan di pintu mengganggu lamunannya. Anggia meletakkan gelasnya dan berjalan ke pintu. Saat membukanya, ia menemukan Nathan berdiri di sana, mengenakan kemeja putih deng...