Akan kutemui cahaya, di ujung jalan.


Di saat cinta tumbuh subur,

Harapan bersemi, bahagia mengalir,

Namun kini luka menganga dalam relung hati,

Masa lalu merayap, merenggut segalanya.


Dulu, dia ada, tunanganku yang indah,

Janji manis terlantun, cinta bersemi,

Namun kau, pacarnya, datang merusaknya,

Meninggalkan bara yang membakar jiwa.


Hatiku terbelah, luka tak terobati,

Raut wajahnya terpahat dalam kenangan,

Cintaku hancur, dirobek masa lalu,

Engkau dan dia, memori pahit yang tak terlupa.


Bukankah cinta indah itu hadirmu?

Namun kau datang, menghancurkan segalanya,

Aku, laki-laki yang terluka dalam diam,

Menyusuri lorong-lorong pahit tak bertepi.


Biarkan aku meratapi, merasakan sakitnya,

Takdir yang tak adil, pilu memelukku,

Namun cinta tetap, meski luka merajai,

Akan kutemui cahaya, di ujung jalan.


Puisi ini tentang kepedihan yang ku alami,

Mengubur mimpi, merajut kembali hati yang lara,

Takdir terpilu, namun cinta tak pernah padam,

Bagiku, perjalanan akan ku tempuh, melangkah perlahan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RELASI IMAN DAN KEBUDAYAAN DALAM TERANG DOKUMEN KONSILI VATIKAN II GAUDIUM ET SPES ARTIKEL 57

MajasKu

grow old with you