DIANTARA KERIKIL DAN BUIH

 


Laut ini bagaikan cermin, memantulkan senyuman dan kemarahan,  setiap ombak yang bergulung, setiap bisikan lembut angin.


Di sini, di tepi laut yang tak pernah sepi,  aku berdiri menyaksikan kebisingan yang hening, seolah-olah hidup ini penuh kontradiksi, antara kesederhanaan dan kerumitan.


Kamu, lautan, adalah cerita yang tiada habisnya, setiap ombak adalah babak baru, ada rahasia yang tersembunyi, ada kedalaman yang tak terduga.


Di malam hari kau membuat keributan, bagaikan puisi yang dibuat tanpa penulis,  menyampaikan pesan dalam bahasa yang  hanya bisa dipahami oleh hati yang penuh emosi.


Aku duduk di tepian diantara kerikil dan buih, mencoba membaca makna di balik ombak, Bagaikan orang yang mencari makna di tengah keramaian, kata-kata dalam kesunyian.


Matahari mulai terbenam di ufuk barat, melukis langit dalam nuansa emas dan merah, melukiskan gambaran cerita yang akan segera hilang.


Dan aku hanya bisa menjadi saksi di sini, bersujud di hadapan kebesaran yang tak terpahami, merasakan betapa kecilnya diriku dihadapan luasnya lautan yang berbicara.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RELASI IMAN DAN KEBUDAYAAN DALAM TERANG DOKUMEN KONSILI VATIKAN II GAUDIUM ET SPES ARTIKEL 57

MajasKu

grow old with you