Pemuja Jiwa Laksana Lentera🌴
Kepadamu,
Hati bagai,
Sumber mata air,
Jiwa laksana Lentera.
Endapkan lara.
Taukah Engkau...?
Kesunyian paling menyiksa
adalah menulismu,
Yang mungkin,
Tak pernah bersimpati.
Kerinduan paling menderita
adalah mengharapkanmu,
Yang mungkin,
Tak pernah menyadarinya.
Kebodohan paling menyebalkan
adalah menyimpan rasa besar ini,
Hingga membunuhku
secara perlahan.
Kekalahan paling memalukan
adalah terjebak dalam
Kesalahpahaman rasa,
Hingga berujung pahit. Pedih.
Rindu,
Tak seimbang.
Lantas aku harus
bagaimana...?
Ketika semua,
Telah terlanjur larut.
Terlena dalam dekapan
sandiwara paling sial sedunia.
Ah...Entahlah...
Mungkin aku harus belajar
Merelakan...
Mencintai yang mungkin
Tak akan pernah nyata.
Merindukan yang mungkin
Tak akan pernah ada...
Hingga,
Doa-doa panjang tanpa jedah,
menanti keajaiban semesta.
Melayangkan harapan besar,
untuk anugerah sedemikian itu...
Dan,
Pada batas ini,
Jika aku harus jujur,
Aku sedang sekarat...
Sekarat, Karna tak bisa menghapus
Jejakmu dari pikiranku.
Dan.....
Andai aku punya kuasa,
Untuk memutar waktu atau
Kembali awal semula.
Aku akan lebih memilih
Untuk meniadakan cerita
bersamamu...Itu saja.
Tapi......
Ah.... Entahlah...
Gass om ghenjo jang kasi kendor
BalasHapus