Pemuja Jiwa Laksana Lentera🌴



         Patricia Yuningsi Ekaswati

Kepadamu, 
Hati bagai,
Sumber mata air, 
Jiwa laksana Lentera. 
Endapkan lara. 
Taukah Engkau...?
Kesunyian paling menyiksa
adalah menulismu,
Yang mungkin,
Tak pernah bersimpati. 

Kerinduan paling menderita
adalah mengharapkanmu,
Yang mungkin,
Tak pernah menyadarinya. 
Kebodohan paling menyebalkan
adalah menyimpan rasa besar ini, 
Hingga membunuhku
secara perlahan. 

Kekalahan paling memalukan
adalah terjebak dalam 
Kesalahpahaman rasa,
Hingga berujung pahit. Pedih. 
Rindu,
Tak seimbang. 
Lantas aku harus 
bagaimana...?

Ketika semua,
Telah terlanjur larut.
Terlena dalam dekapan 
sandiwara paling sial sedunia.

Ah...Entahlah... 
Mungkin aku harus belajar
Merelakan...
Mencintai yang mungkin
Tak akan pernah nyata.
Merindukan yang mungkin
Tak akan pernah ada...

Hingga,
Doa-doa panjang tanpa jedah,
menanti keajaiban semesta. 
Melayangkan harapan besar,
untuk anugerah sedemikian itu... 
Dan, 
Pada batas ini, 
Jika aku harus jujur,
Aku sedang sekarat...
Sekarat, Karna tak bisa menghapus
Jejakmu dari pikiranku.

Dan.....
Andai aku punya kuasa,
Untuk memutar waktu atau
Kembali awal semula. 
Aku akan lebih memilih
Untuk meniadakan cerita 
bersamamu...Itu saja. 

Tapi...... 
Ah.... Entahlah... 


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

RELASI IMAN DAN KEBUDAYAAN DALAM TERANG DOKUMEN KONSILI VATIKAN II GAUDIUM ET SPES ARTIKEL 57

MajasKu

grow old with you