Menuju Kamu

 


Saat nama indah mu disebut-sebut
Mentari pun meredup
Rembulan pun menunduk
Alunan nama mu umpama ritma
Dengan bait-bait keindahan
Seakan ada tangan-tangan yang menjemput siapa pun yang mendengarkan
Terkumat-kamit menyanyi-nyanyi
Meliuk-lentok menari-nari
Bertemasya aku dengan nama mu
Biar kamu tak aku temukan namun kamu yang aku rasakan
Biar kamu tak mereka pedulikan namun kamu yang aku bicarakan
Karena ini barangkali bukti mengerti
Karena ini barangkali erti memahami
Semilir angin menyinggahi waktu menyapa bahuku
Dingin dan nyaman ini umpama ilusi sayangku
Umpama titis embun yang terlihatkan di padang pasir yang bosan dan menghampakan
Umpama bintang timur yang bergemerlapan di langit hitam yang hujan dan mengecewakan
Apa ilusi-ilusi ini hadiah aku kerana bekerja keras menuju kamu?
Dan semestinya ilusi yang paling menenangkan
Adalah menemui kamu lantas terus jatuh cinta yang paling dalam
Hingga kedalaman muka bumi aku ragukan
Jatuh cinta yang paling besar
Hingga besarnya alam ini aku bimbangkan
Aku yakini yang mencari
Lantas menemui Hingga akhir nanti
Tetap sahaja dengan nama mu
Menyanyi aku
Menari aku
Deria-deria lantas bertumbuh melawan aras mencari cinta yang paling deras; Kamu
Pancaindera pantas bercambah lebih tegal menuju rindu yang paling tebal; Tetap Kamu, Penciptaku

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RELASI IMAN DAN KEBUDAYAAN DALAM TERANG DOKUMEN KONSILI VATIKAN II GAUDIUM ET SPES ARTIKEL 57

MajasKu

grow old with you