Cahaya di Tengah Gelap
![]() |
Cintia berdiri di tepi jalan, tubuhnya gemetar di bawah guyuran hujan malam. Jakarta tak pernah tidur, tapi bagi Cintia, kota ini adalah labirin tanpa jalan keluar. Matanya yang dulu berbinar kini redup, tersisa bayangan luka dan pengkhianatan.
Masih terbayang jelas kejadian itu. Bayu tergeletak tak bernyawa, darah menggenang di lantai, dan sebelum sempat memeluk tubuh suaminya yang dingin, tuduhan sudah melayang. "Ini pasti karena dia!" bisik-bisik penuh kebencian mengiringi kepergiannya dari rumah yang pernah menjadi surga.
Di Jakarta, ia belajar bertahan. Pekerjaan yang datang tak selalu baik, tapi ia tak punya pilihan. Sampai suatu malam, di sebuah kafe remang, Adrian mendekatinya. Pria itu tak seperti pelanggan lain — matanya tak menghakimi.
“Kamu nggak seharusnya di sini,” kata Adrian lembut.
Cintia menahan air matanya. “Aku nggak punya tempat lain.”
Adrian tersenyum samar. “Aku juga pernah berpikir begitu. Tapi kita selalu punya pilihan.”
Hari demi hari, Adrian menjadi satu-satunya tempat Cintia berlabuh. Di balik sorot matanya yang tajam, Adrian menyimpan luka yang tak kalah dalam. Mereka saling mengisi — dua jiwa tersesat yang mencari cahaya.
Namun masa lalu tak pernah benar-benar pergi. Suatu malam, seseorang dari kota asalnya menemukan Cintia. Fitnah lama kembali mengancam, dan kali ini nyawa Cintia menjadi taruhannya.
Saat itulah Adrian berdiri di hadapannya. “Aku nggak akan biarin kamu terluka lagi.”
Pertarungan antara cinta dan kebencian pun memuncak. Di tengah pilihan yang sulit, Cintia menyadari bahwa untuk menemukan cahaya, ia harus berani menghadapi kegelapan.
Dan malam itu, di bawah langit Jakarta yang berkilau, Cintia mengambil keputusan yang akan mengubah hidupnya selamanya.
AgustinusT
Komentar
Posting Komentar