Postingan

Kurang dari Angka Tiga

Gambar
  Kurang dari Angka Tiga Kita bukan satu, bukan pula dua kita adalah titik koma, yang enggan menjadi akhir namun terlalu sunyi untuk disebut awal. Kau hadir, seperti bayang-bayang senja yang menggenggam cahaya, lalu meletakkannya diam-diam di pelipisku. Langkahmu tak pernah benar-benar pergi, ia membekas dalam detik yang enggan berlalu. Dan tatapmu adalah hujan paling pelan yang pernah jatuh di dadaku. Kita tak pernah selesai, tapi juga tak pernah mulai. Seperti puisi yang lupa bait pertamanya namun hafal rasa di baris terakhirnya. Andai takdir mau berunding dengan waktu, aku ingin menjadi jeda yang kau cari dalam setiap napas yang kau semogakan. Dan bila cinta memang tak harus genap, biarlah aku tetap di sini, menjadi kurang dari angka tiga, tapi lebih dari sekadar pernah.

HARGA DIRI

Gambar
Batu bara yang hitam pekat, terpendam dalam bumi berabad-abad, ditambang, disaring, dihargai tinggi, bukan kaleng-kaleng, bukan sekadar debu di tepi. Lantas bagaimana dengan dirimu, putih mulus bak rembulan penuh, bodi aduhay memikat kalbu, masa cuma dua ratus ribu? Bukan harga yang ingin kubahas, tapi nilai yang tak bisa dibayar tuntas, sebab cinta bukan soal angka, melainkan api yang menyala dalam jiwa. Dan bila nanti kucari jawabnya, kuselami hingga ke dasarnya, bukan sekadar korek membara, tapi cahaya yang takkan sirna.

cahaya di temaram senja

Gambar
Waktu berbuka tiba, Takjil tersaji di meja, Indah senyummu buat hati terpesona. Bukan hanya manis kurma yang kurasa, Tapi hadirmu yang selalu membuat bahagia. Di setiap suapan penuh doa, Semoga kita selalu bersama. Bulan Ramadhan saksi cinta kita, Berkahnya mengikat hati selamanya. Matamu bercahaya di temaram senja, Sehangat cahaya yang redup di jendela. Kau bukan sekadar takjil pemanis rasa, Tapi pelengkap hidup, Anugerah yang nyata. Dalam sujudku kusebut namamu, Memohon restu dalam rindu yang syahdu. Semoga cinta ini kekal abadi, Seperti Ramadhan yang selalu dinanti. aguatinusT

Sampai Hati Kau Lupa

Gambar
  Aku ingat setiap detik yang kita lalui, tawa kecil di ujung senja, janji yang kau bisikkan pelan, katamu, Aku takakan pernah sendirian. Tapi lihatlah kini, kau berjalan tanpa menoleh, tanpa jejak, tanpa pesan, seolah aku hanya kabut di pagi hujan. Sampai hati kau lupa,tentang tangan  Yang dulu kau genggam erat, Tentang rindu yang kau janjikan  Tak akan pudar, Tentang aku, yang kau sebut rumah. Tak apa, biar waktu yang menghapus, Biar angin membawa namamu pergi, Aku hanya ingin bertanya sekali ini, Sampai hati kau lupa…  Apakah aku pernah berarti? Agustinus T

Mari Berlayar Bersama Kenangan

Gambar
  Mari Berlayar Bersama Kenangan Mari berlayar bersama kenangan, di atas gelombang rindu yang pelan, angin membawa bisikan masa silam, dan mentari tenggelam di pelupuk harapan. Di dek ini, jejak kaki kita tertinggal, tawa yang pernah berlayar tanpa gagal, air mata jatuh jadi buih di lautan, dan janji-janji terikat di tiang harapan. Kapal ini saksi perjalanan hati, menghantarkan mimpi ke ujung pelangi, walau badai pernah mengadang jalan, kita tetap berlayar, berpegangan tangan. Mari kita peluk angin senja, dengar lagu ombak yang bercerita, tentang cinta yang tak pernah karam, tentang kita yang selalu bersam. Dan jika malam menutup layar, bintang-bintang jadi lentera penawar, memandu kita di samudra kenangan, hingga dermaga cinta jadi tujuan. AgustinusT

Cahaya di Tengah Gelap

Gambar
Cintia berdiri di tepi jalan, tubuhnya gemetar di bawah guyuran hujan malam. Jakarta tak pernah tidur, tapi bagi Cintia, kota ini adalah labirin tanpa jalan keluar. Matanya yang dulu berbinar kini redup, tersisa bayangan luka dan pengkhianatan. Masih terbayang jelas kejadian itu. Bayu tergeletak tak bernyawa, darah menggenang di lantai, dan sebelum sempat memeluk tubuh suaminya yang dingin, tuduhan sudah melayang. "Ini pasti karena dia!" bisik-bisik penuh kebencian mengiringi kepergiannya dari rumah yang pernah menjadi surga. Di Jakarta, ia belajar bertahan. Pekerjaan yang datang tak selalu baik, tapi ia tak punya pilihan. Sampai suatu malam, di sebuah kafe remang, Adrian mendekatinya. Pria itu tak seperti pelanggan lain — matanya tak menghakimi. “Kamu nggak seharusnya di sini,” kata Adrian lembut. Cintia menahan air matanya. “Aku nggak punya tempat lain.” Adrian tersenyum samar. “Aku juga pernah berpikir begitu. Tapi kita selalu punya pilihan.” Hari demi hari, Adrian menjadi...

"Sebatang Karang di Rantau"

Gambar
            "Sebatang Karang di Rantau" Aku adalah sebatang karang Tegak sendiri di tengah samudra yang garang Diterpa angin rindu, dihantam ombak sepi Tapi tak jua aku goyah, tak jua aku lari Jauh dari tanah tempat aku berakar Dari pelukan ibu yang hangat mengakar Dari tatapan ayah yang diam namun tegar Dari tawa saudara yang kini jadi kenangan yang mekar Di rantau, aku belajar menjadi kuat Menjadi rumah bagi diriku yang penat Menjadi pelipur bagi hati yang terikat Pada bayang-bayang masa lalu yang lekat Malam-malam panjang menjadi sahabat Sepi menjadi bahasa yang amat lekat Tapi aku tahu, ini jalan yang kupilih Meski sendiri, aku takkan letih Karena suatu saat, di ujung perjalanan ini Aku akan pulang, membawa mimpi Dengan dada yang lapang dan hati yang berani Menjadi bukti bahwa sebatang karang pun bisa berdiri Aku di sini, di tanah yang asing namun menantang Menggenggam harapan, menantang gelombang Sebab meski sebatang karang nampak sendiri Ia adalah kek...