Postingan

PELUH PEJUANG KEBAHAGIAAN

PELUH PEJUANG KEBAHAGIAAN Dady,,,, Meskipun engkau  tak pernah menangis dihadapanku akibat  lelah ataupun letih dalam bekerja, namun ku tau air matamu engkau teteskan saat aku tak berada didekatmu. Sering kali aku melihat seorang istri memarahi suaminya karena sang suami tak mampu memenuhi keinginannya. Sering kali juga kumelihat seorang anak berbicara kasar pada ayahnya karena sang ayah tidak mampu membelikan apa yang disukainya. Kepala keluarga mana yang tak  menginginkan keluarganya bahagia. Sebelum engkau memarahinya, lihatlah dan renungkan apa yang telah dilakukan olehnya. Betapa jeri payahnya kerja keras banting tulang demi memenuhi kebutuhan anak istrinya agar bahagia. Sadrkah dirimu jikalau suamimu atau ayahmu  sering kali  dicaci maki, dihujat majikannya atau pimpinannya tempatnya bekerja?. Taukah dirimu kalau suamimu atau ayahmu mungkin  mendapatkan cemooan atau kata-kata kasar di luar sana.? Taukah dirimu mungkin suamimu atau ayahmu bahkan baru s...

Jangan Mengukur Nilai Istri dari Keperawanan

Dalam masyarakat yang masih kerap terjebak pada norma dan stigma lama, sering kali nilai seorang wanita, terutama istri, diukur dari satu aspek sempit: keperawanan. Pandangan ini tidak hanya mengabaikan kompleksitas dan keunikan setiap individu, tetapi juga menempatkan beban moral yang tidak adil pada perempuan. Seorang istri adalah lebih dari sekadar status fisik atau masa lalu ia adalah mitra hidup, pendamping, dan sosok yang berkontribusi dalam berbagai dimensi emosional, intelektual, dan spiritual dalam rumah tangga dan kehidupan bersama. Menerima istri seutuhnya berarti menerima dirinya apa adanya. Nilai seorang perempuan tidak semestinya diukur dari keperawanan, melainkan dari akhlak, kesetiaan, kasih sayang, dan kemampuannya menjadi pasangan hidup yang baik. Menilai perempuan hanya dari status keperawanannya bisa menjadi bentuk ketidakadilan dan merendahkan martabatnya sebagai manusia yang utuh. Perlu diggarisbawahi bahwa perempuan memiliki hak untuk menentukan pilihan hidupnya ...

Bayangan di Ujung Senja

Gambar
  Di ujung senja yang perlahan redup, Bayangmu hadir tanpa permisi, Seperti luka lama yang tak kunjung sembuh, Mengendap di ruang hati paling sunyi. Langkah-langkahku terpaku diam, Menghitung detik yang kau bawa pergi, Sementara cahaya memudar pelan-pelan, Menyisakan rindu yang tak pernah habis. Kau bagai bayangan yang tak bisa kuraih, Dekat namun selalu menjauh, Ada namun selalu samar, Hadir namun tak pernah utuh. Aku menunggu di batas senja, Tempat janji-janji hilang tak bersisa, Mungkin esok kau tetap bayangan, Atau hanya ilusi yang kian sirna.

JEJAK DI SEBERANG WAKTU

Gambar
Di persimpangan pagi, mentari mendengus lelah, Menatap debu yang beterbangan, tanpa arah. Luruh daun-daun tua, gugur di pangkuan renta, Membisikkan cerita masa, yang tersisa di mata. Di seberang sungai yang menggurat kelam, Langkah tertatih, menenteng impian yang tenggelam  Pada tepian harapan,  suara-suara lirih, Menerawang langit,  merajut doa yang gigih. Waktu renta,  namun tetap setia berpacu, Jejak-jejak renta, berlari melawan pilu. Mendengus angin Membawa harum perjuangan, Luruh bukan akhir, tapi awal kebangkitan. Debu menari di pelataran senja, Seolah memahat kisah-kisah yang lupa. Menenteng rasa, menyeberang duka ke cahaya, Pesan dari masa ke masa, abadi dalam jiwa. AGUSTINUS TAPON

REPUTASI LAKI LAKI

Gambar
Lelaki itu bukan tak bisa mencinta, Tapi hidup menuntutnya lebih dulu bekerja. Sebab dunia menakar harga dada Bukan dari rasa, tapi dari rupa dan harta. Ia tahu, cinta bisa menunggu, Tapi perut tak bisa menanti janji semu. Maka ia memilih peluh di dahi Dari pada rayuan yang tak terbukti nanti. Bagi lelaki, nama baik lahir dari kerja, Bukan dari kata, tapi dari karya. Karena yang dihormati dunia Adalah tangan yang membangun, bukan yang meminta. Lelaki kaya bisa menikahi wanita miskin, dan disebut pahlawan di antara angin. Tapi wanita kaya, menikahi lelaki miskin? Dunia mencibir, penuh sindir dan cemooh dingin. Itulah realita yang tak ditulis dalam buku, Tapi hidup mengajarkannya tanpa ragu. Maka bila lelaki  Terlihat jauh dari cinta, mungkin ia sedang mengejar layak untuk bersamanya. Agustinus T

Puisiku bukan tinta

Gambar
  Puisiku bukan tinta sunyi dari luka yang tak jadi tangis.  Tiap baitnya bukan kata,  reruntuhan doa  tak sempat menembus langit.  berjalan dengan perumpamaan,  terantuk pada metafora miskin makna,  mengendap di sudut halaman  seperti hantu masa lalu  enggan dilupakan.  Puisiku bukan suara,  dengung sunyi tumbuh di dada  setelah gema kehilangan tuannya.  Menua di antara koma dan jeda,  menjadi makam bagi kata-kata  yang terlalu getir untuk diucapkan  terlalu jujur untuk diabaikan.  Bila kau membacanya,  jangan cari cahaya di sela huruf sebab puisiku hanya ingin kau mengerti  bahwa gelap pun butuh rumah.

Jika Suatu Hari Kau Lelah, Nak

Gambar
 Jika Suatu Hari Kau Lelah, Nak Jika suatu hari kau lelah, Nak, dan langkahmu terasa berat  Meski jalan tak menanjak, berhentilah sejenak. Duduklah di sudut sunyi  Yang kau percaya, pejamkan mata,  Dengarkan suara hatimu yang mungkin telah lama  Kau bisukan demi mengejar dunia. Jika suatu hari kau lelah, bukan karena kurang kuat, tapi karena terlalu lama menahan segalanya sendiri. Tak apa menangis, air mata bukan tanda rapuh, melainkan bukti  Bahwa kau masih punya hati Yang belum mati oleh kerasnya hidup. Ketika dunia menuntutmu  Jadi kuat tanpa celah, Ingatlah, bahkan gunung pun tak selalu tegak Ia dilanda hujan, longsor, badai, Namun tetap berdiri, meski dengan luka. Begitu pula dirimu, Nak. Kau tak harus sempurna Untuk tetap berharga. Jika suatu hari kau lelah, Dan pertanyaan tentang hidup menyesakkan dada, Ingat: tak semua jawaban harus kau temukan hari ini. Ada hal-hal yang Tuhan simpan rapi, Agar kau belajar sabar, Dan mengerti bahwa waktu pun bi...

Kurang dari Angka Tiga

Gambar
  Kurang dari Angka Tiga Kita bukan satu, bukan pula dua kita adalah titik koma, yang enggan menjadi akhir namun terlalu sunyi untuk disebut awal. Kau hadir, seperti bayang-bayang senja yang menggenggam cahaya, lalu meletakkannya diam-diam di pelipisku. Langkahmu tak pernah benar-benar pergi, ia membekas dalam detik yang enggan berlalu. Dan tatapmu adalah hujan paling pelan yang pernah jatuh di dadaku. Kita tak pernah selesai, tapi juga tak pernah mulai. Seperti puisi yang lupa bait pertamanya namun hafal rasa di baris terakhirnya. Andai takdir mau berunding dengan waktu, aku ingin menjadi jeda yang kau cari dalam setiap napas yang kau semogakan. Dan bila cinta memang tak harus genap, biarlah aku tetap di sini, menjadi kurang dari angka tiga, tapi lebih dari sekadar pernah.