Patricia Yuningsi Ekaswati Kepadamu, Hati bagai, Sumber mata air, Jiwa laksana Lentera. Endapkan lara. Taukah Engkau...? Kesunyian paling menyiksa adalah menulismu, Yang mungkin, Tak pernah bersimpati. Kerinduan paling menderita adalah mengharapkanmu, Yang mungkin, Tak pernah menyadarinya. Kebodohan paling menyebalkan adalah menyimpan rasa besar ini, Hingga membunuhku secara perlahan. Kekalahan paling memalukan adalah terjebak dalam Kesalahpahaman rasa, Hingga berujung pahit. Pedih. Rindu, Tak seimbang. Lantas aku harus bagaimana...? Ketika semua, Telah terlanjur larut. Terlena dalam dekapan sandiwara paling sial sedunia. Ah...Entahlah... Mungkin aku harus belajar Merelakan... Mencintai yang mungkin Tak akan pernah nyata. Merindukan yang mungkin Tak akan pernah ada... Hingga, Doa-doa panjang tanpa jedah, menanti keajaiban semesta. Melayangkan harapan besar, untuk anugerah sedemikian itu... Dan, Pada batas ini, Jika aku harus jujur, Aku sedang seka