Postingan

JEJAK DI SEBERANG WAKTU

Gambar
Di persimpangan pagi, mentari mendengus lelah, Menatap debu yang beterbangan, tanpa arah. Luruh daun-daun tua, gugur di pangkuan renta, Membisikkan cerita masa, yang tersisa di mata. Di seberang sungai yang menggurat kelam, Langkah tertatih, menenteng impian yang tenggelam  Pada tepian harapan,  suara-suara lirih, Menerawang langit,  merajut doa yang gigih. Waktu renta,  namun tetap setia berpacu, Jejak-jejak renta, berlari melawan pilu. Mendengus angin Membawa harum perjuangan, Luruh bukan akhir, tapi awal kebangkitan. Debu menari di pelataran senja, Seolah memahat kisah-kisah yang lupa. Menenteng rasa, menyeberang duka ke cahaya, Pesan dari masa ke masa, abadi dalam jiwa. AGUSTINUS TAPON

REPUTASI LAKI LAKI

Gambar
Lelaki itu bukan tak bisa mencinta, Tapi hidup menuntutnya lebih dulu bekerja. Sebab dunia menakar harga dada Bukan dari rasa, tapi dari rupa dan harta. Ia tahu, cinta bisa menunggu, Tapi perut tak bisa menanti janji semu. Maka ia memilih peluh di dahi Dari pada rayuan yang tak terbukti nanti. Bagi lelaki, nama baik lahir dari kerja, Bukan dari kata, tapi dari karya. Karena yang dihormati dunia Adalah tangan yang membangun, bukan yang meminta. Lelaki kaya bisa menikahi wanita miskin, dan disebut pahlawan di antara angin. Tapi wanita kaya, menikahi lelaki miskin? Dunia mencibir, penuh sindir dan cemooh dingin. Itulah realita yang tak ditulis dalam buku, Tapi hidup mengajarkannya tanpa ragu. Maka bila lelaki  Terlihat jauh dari cinta, mungkin ia sedang mengejar layak untuk bersamanya. Agustinus T

Puisiku bukan tinta

Gambar
  Puisiku bukan tinta sunyi dari luka yang tak jadi tangis.  Tiap baitnya bukan kata,  reruntuhan doa  tak sempat menembus langit.  berjalan dengan perumpamaan,  terantuk pada metafora miskin makna,  mengendap di sudut halaman  seperti hantu masa lalu  enggan dilupakan.  Puisiku bukan suara,  dengung sunyi tumbuh di dada  setelah gema kehilangan tuannya.  Menua di antara koma dan jeda,  menjadi makam bagi kata-kata  yang terlalu getir untuk diucapkan  terlalu jujur untuk diabaikan.  Bila kau membacanya,  jangan cari cahaya di sela huruf sebab puisiku hanya ingin kau mengerti  bahwa gelap pun butuh rumah.

Jika Suatu Hari Kau Lelah, Nak

Gambar
 Jika Suatu Hari Kau Lelah, Nak Jika suatu hari kau lelah, Nak, dan langkahmu terasa berat  Meski jalan tak menanjak, berhentilah sejenak. Duduklah di sudut sunyi  Yang kau percaya, pejamkan mata,  Dengarkan suara hatimu yang mungkin telah lama  Kau bisukan demi mengejar dunia. Jika suatu hari kau lelah, bukan karena kurang kuat, tapi karena terlalu lama menahan segalanya sendiri. Tak apa menangis, air mata bukan tanda rapuh, melainkan bukti  Bahwa kau masih punya hati Yang belum mati oleh kerasnya hidup. Ketika dunia menuntutmu  Jadi kuat tanpa celah, Ingatlah, bahkan gunung pun tak selalu tegak Ia dilanda hujan, longsor, badai, Namun tetap berdiri, meski dengan luka. Begitu pula dirimu, Nak. Kau tak harus sempurna Untuk tetap berharga. Jika suatu hari kau lelah, Dan pertanyaan tentang hidup menyesakkan dada, Ingat: tak semua jawaban harus kau temukan hari ini. Ada hal-hal yang Tuhan simpan rapi, Agar kau belajar sabar, Dan mengerti bahwa waktu pun bi...

Kurang dari Angka Tiga

Gambar
  Kurang dari Angka Tiga Kita bukan satu, bukan pula dua kita adalah titik koma, yang enggan menjadi akhir namun terlalu sunyi untuk disebut awal. Kau hadir, seperti bayang-bayang senja yang menggenggam cahaya, lalu meletakkannya diam-diam di pelipisku. Langkahmu tak pernah benar-benar pergi, ia membekas dalam detik yang enggan berlalu. Dan tatapmu adalah hujan paling pelan yang pernah jatuh di dadaku. Kita tak pernah selesai, tapi juga tak pernah mulai. Seperti puisi yang lupa bait pertamanya namun hafal rasa di baris terakhirnya. Andai takdir mau berunding dengan waktu, aku ingin menjadi jeda yang kau cari dalam setiap napas yang kau semogakan. Dan bila cinta memang tak harus genap, biarlah aku tetap di sini, menjadi kurang dari angka tiga, tapi lebih dari sekadar pernah.

HARGA DIRI

Gambar
Batu bara yang hitam pekat, terpendam dalam bumi berabad-abad, ditambang, disaring, dihargai tinggi, bukan kaleng-kaleng, bukan sekadar debu di tepi. Lantas bagaimana dengan dirimu, putih mulus bak rembulan penuh, bodi aduhay memikat kalbu, masa cuma dua ratus ribu? Bukan harga yang ingin kubahas, tapi nilai yang tak bisa dibayar tuntas, sebab cinta bukan soal angka, melainkan api yang menyala dalam jiwa. Dan bila nanti kucari jawabnya, kuselami hingga ke dasarnya, bukan sekadar korek membara, tapi cahaya yang takkan sirna.

cahaya di temaram senja

Gambar
Waktu berbuka tiba, Takjil tersaji di meja, Indah senyummu buat hati terpesona. Bukan hanya manis kurma yang kurasa, Tapi hadirmu yang selalu membuat bahagia. Di setiap suapan penuh doa, Semoga kita selalu bersama. Bulan Ramadhan saksi cinta kita, Berkahnya mengikat hati selamanya. Matamu bercahaya di temaram senja, Sehangat cahaya yang redup di jendela. Kau bukan sekadar takjil pemanis rasa, Tapi pelengkap hidup, Anugerah yang nyata. Dalam sujudku kusebut namamu, Memohon restu dalam rindu yang syahdu. Semoga cinta ini kekal abadi, Seperti Ramadhan yang selalu dinanti. aguatinusT